TeknoMadina - Pengertian retorika secara dasar berarti berbicara secara tutur atau berpidato/dakwah di tempat umum ada beberapa hal yang haru di perhatikan oleh komunikan agar mengetahui, mampu dan dapat menguasai tentang “Retorika” baik secara formal, non-formal begitu pula secara tekhnik demi tercitapnya komunikasi yang baik dan efektif dalam melakukan sebuah dakwah.
Pengertian Retorika Secara Dasar
Karena yang diharapkan dari hasil komunikasi tersebut adalah bagaimana khalayak dapat merespon apa isi dari materi yang kita sampaikan dalam dakwah yang disajikan
oleh komunikator. Dimana retorika minimal memiliki ethos, phatos, dan logos.
Berpidato/dakwah berarti penyampaian pesan kepada khalayak yang bersifat
Komunikasi satu arah (One Communication) antara komunikan dan audiens,
maka dari itu komunikator harus benar-benar memperhatikan pesan yang akan kita sampaikan kepada khalayak atau audiens, agar bisa menarik perhatian para khalayak.
Penyampaian pesan
dakwah komunikator hendaknya dahulu merancang sebuah pesan yang sedemikian rupa sehingga
dapat menarik perhatian banyak khalayak, pesan hendaknya mampu mengungkap isyarat - isyarat pengalaman yang sama dengan khalayak sehingga mereka mudah
memahaminya, dan pesan yang disampaikan hendaknya dapat menawarkan satu jalan yang relevan
dengan situasi menyeluruh dimana semua kelompok khalayak dapat mengerti.
Menjawaab Tantangan Dakwah Saat Ini
Kemudian, komunikator hendaknya dapat mengatasi dan menjawab tantangan retorika dalam
berdakwah seperti bagaimana Pola pemikiran liberalis, Pola pemikiran nasional,
Pola pemikiran apologis, Pola pemikiran dinamis agar mampu menyampaikan
beberapa tersebut dengan aman dan nyaman tersampaikan pesan dakwahnya
kepada komunikan.
Kita dapat melihat pada kisah sejarah dakwah yang dikembangkan oleh Rasulullah
SAW yang sebenarnya juga merupakan gerakan menuju transformasi sosial menuju
pada tatanan transformasi global. Dakwah dijabarkan sebagai gerakan
pembebasan dari berbagai bentuk eksploitasi penindasan dan ketidakadilan dalam
semua aspek kehidupan.
Sementara, konteks Indonesia di era globalisasi di mana
masyarakatnya sudah semakin kritis, maka yang diperlukan adalah dakwah yang
berorientasi pada transformasi global dan yang bisa menerima keadaan zaman
serta kemajuan teknologi dalam kehidupan, kita baik melalui penyadaran,
pendidikan, dialog, maupun ilmu pengetahuan agar mampu menjadi perubahan
secara struktural atau kultural yang lebih baik.
Salah satu persoalan yang krusial
sebagai dampak proses dari globalisasi yang terkait dengan kehidupan keagamaan
adalah makin menepisnya ruang religiusitas dalam konteks kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan perkembangan pengetahuan menghadapkan kepada
manusia yang beragama menjadi menjadi sebuah realitas akan kekuasaan manusia pada saat ini dimuka bumi.
Problem globalisasi atau yang kita kenal seabgai problem modernisasi yang dialami
umat Islam sekarang ini adalah dalam mengatasi kesenjangan antara upaya
mempertahankan Islam sebagaimana yang diyakini kebenaranya dengan realitas
kehidupan yang dialaminya yang memuntut penyesuaian dan perubahan zaman.
Untuk mempertahankan kejayaan Islam, dengan pandangan yang begitu sulit, sedangkan di sisi lain pada sekarang ini timbul dengan pesat keinginan dan
kesadaran untuk mengembalikan kejayan Islam dan menempatkan peranan Islam
dalam posisi yang terhormat dalam pentas peradaban. Untuk mencari jawaban
yang dilematis tersebut, maka dilihat adanya empat pola pemikiran yang
mempengaruhi gerakan-gerakan modern Islam pada masa sekarang ini.
- Pola pemikiran liberalis, maksudnya yang ingin membuka seluas-luasnya pemikiran yang bebas, dalam rangka menerapkan Islam dalam suatu tatanan kehidupan social kontemporer, tanpa ada kerikuhan yang menggusur tatanan lama yang sudah mapan. Sekularisme dan humanisme merupakan pemecahan pragmatis yang perlu kita dilakukan,
- Pola pemikiran nasional, maksudnya yang ingin mempribumikan Islam dengan suatu asumsi, bahwa Islam yang Rahmatan lil ‘alamin itu dapat diterapkan dalam nasionalitas yang berbeda-beda, tanpa menggusur kebudayaan setempat yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keyakinan akidah dan syari’ah Islam secara definitif.
- Pola pemikiran apologis, maksudnya yang ingin mempertahankan Islam dalam kebenarannya yang normatif. Idealiasasi Islam harus mengkiblatkan kepada hal-hal yang sudah baku, dan setiap penyimpangan dari hal tersebut merupakan bentuk penyelewengan yang harus diakhiri. Fundamentalis banyak menggunakan pola pemikiran apologis ini dalam kadar yang berbeda-beda.
- Pola pemikiran dinamis, maksudnya yang ingin membuat pijakan yang kuat dalam gerakan Islam dengan pemahaman yang benar tentang Islam dan ketaatan yang tinggi dalam kehidupan spiritual, namun dalam pemecahan masalah- masalah cultural mampu melakukan daya adaptasi yang tinggi.
Website, TeknoMadina.com
Tags
Education